PT Midimart Utama Pemegang Lisensi "Lawson" di Indonesia
Sejarah Singkat Perusahaan PT Midimart Utama
28 Juni 2007
Perseroan didirikan dengan nama PT Midimart Utama.
Bergerak dibidang perdagangan dengan format minimarket dan menggunakan nama Alfamidi.
Dec 2007
Gerai pertama Alfamidi berlokasi di Jl. Garuda, Jakarta Pusat.
Jun 2008
Perubahan nama dari yang semula PT Midimart Utama menjadi PT Midi Utama Indonesia.
Sep 2008
Pembukaan Distribution Center (DC) Surabaya untuk memenuhi kebutuhan toko di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Mar 2009
Melihat peluang usaha dalam kegiatan minimarket (convenience store), Perseroan kemudian memperkenalkan konsep baru minimarket dengan nama Alfaexpress.
30 Jun 2010
Distribution Center (DC) Bekasi mulai beroperasi dan siap melayani kebutuhan toko wilayah Jakarta.
30 Nov 2010
PT Midi Utama Indonesia mencatatkan saham perdananya pada Bursa Efek Indonesia dengan kode saham MIDI
Juni 2011
Mengikat Kerja Sama dengan Lawson Jepang
Lawson di Negeri Asalnya (Jepang)
Lawson ' s beroperasi di jepang dimulai dengan pembukaan yang pertama toko lawson di sakurazuka ( minami sakurazuka dalam toyonaka kota, prefektur osaka ) pada bulan juni 14, 1975.Pada waktu itu, daiei, yang merupakan induk perusahaan dari lawson, telah memasuki consulting perjanjian dengan dikonsolidasikan foods inc.Di bulan september 1975, waralaba pertama toko, the " momoyama toko, " adalah terbuka dan digembar-gemborkan ini tersebut penggelaran skala penuh dari franchise
What's Lawson?
Toko Lawson Pertama di jepang mulai beroperasi pada tanggal 14 Juni 1975 dengan nama Toko Sakura Zuka.Di Indonesia Lawson dikelola oleh PT Midi Utama Indonesia. Presiden Komisaris PT Midi Utama Indonesia, Djoko Susanto menargetkan menghadirkan 50 Lawson sampai Agustus 2012. konsepnya conveinence centre maka tidak jauh berbeda dengan 7-Eleven dan K-Circle
Tidak dinyana, sekarang di Jakarta, ada convenience store yang membawa “kebiasan” itu ke sini. Lawson salah satu pemain utama Jepang mulai melakukan panetrasi di Jakarta. Di Jepang, Lawson bersama Family Mart dan Seven Eleven Dalam bayangan saya sebelum memasuki toko tersebut, bayangan dan tata letaknya serta barang yang dijual bakalan seperti yang kita lihat di Jepang. Tetapi setelah memasukinya, tidak semuanya “disulap” sepenuhnya untuk mirip style Kejepang-jepangan. Setidaknya beberapa produk yang seperti barisan mie yang dijual tidak didominasi mie buatan Jepang seperti yang saya bayangkan tetapi, barisan mie-mie lokal mendominasi disana dan berjajar rapi di rak. Kopi dan teh yang tersedia juga merek lokal.
Sepertinya
operator Lawson di Indonesia menyadari betul perlunya mengadopsi lidah
orang Indonesia.
Hal lain yang juga membedakan Lawson di Indonesia dan di Jepang adalah penempatan tempat kongkow-kongkow
untuk mengakomodir keinginan konsumen menyantap makanan di sana,
ternyata disediakan tempat kongkow lumayan banyak. Bahkan disediakan
kongkow di luar khusus untuk perokok. Di Jepang, konbini seperti Lawson tidak begitu banyak menyediakan hal itu, karena convenience store
memang sejatinya didesain untuk pembeli yang membeli makanan jadi untuk
disantap di rumah atau dimakan di mobil sambil melanjutkan perjalanan.
Yah, bisnis memang harus bisa membaca “kebutuhan” konsumen, bukan
sekedar menjiplak mentah-mentah. Selalu ada yang bisa dikompromikan
untuk menyesuaikan kebutuhan konsumen. Seperti beberapa toko franchise
Amerika yang menjual ayam goreng. Tentunya kalau nekat hanya menjual
kentang goreng saja dengan tanpa nasi, saya tidak yakin akan selaku
sekarang. Perbedaan lainnya barangkali di Lawson di Indonesia sepertinya
lebih menekankan pada penyediaan servis makanan saji yang lebih segar
dan barang consumer goods lainya. Belum mencoba membuka servis lain yang biasa ada di Lawson di Jepang.
Sepertinya, perubahan gaya hidup konsumen di Indonesia dibaca betul oleh para pemasar ini. Kalau di Jepang saja, convenience store disesaki tidak kurang dari 40.000 toko. Dengan jumlah penduduk lebih banyak, Indonesia memang pasar yang menggiurkan untuk dimasuki bisnis toko yang model seperti ini. Saya mendengar beberapa pemain besar dari luar yang bermain di bisnis berencana mencicipi gurihnya pasar ini. Kalau Anda berencana memutar sebagian uangnya untuk bisnis retail seperti, convenience store merupakan model usaha yang menarik dimasuki, mengapa? :
Pertama, perubahan gaya hidup praktis tetapi tetap
pro higenis, tertata merupakan gaya hidup yang mulai melekat ke konsumen
Indonesia. Apalagi ditambah gemuknya kelas menengah ekonomi yang
semakin naik, mereka tidak lagi mau susah-susah masak di rumah untuk
bisa lebih irit. Apalagi tawaran makanan yang disediakan tidak melulu
“goreng-menggoreng” yang sangat tidak akrab dengan isu kesehatan yang
mulai merasuki golongan menengah. Convenience store seperti ini
bakalan menjadi pilihan untuk disambangi. Cuma barangkali tetap perlu
kompromi dengan konsumen Indonesia yang tipikalnya suka ngobrol
berlama-lama, penyediaan tempat duduk untuk bersantap di tempat masih
diperlukan.
Kedua, menyesuaikan ritme aktivitas masyarakat yang
mengalami metamorphosis. Misalnya mulai banyak kelas menengah yang
kerjanya dimulai malam hari. Tidak lagi pukul 8 pagi sampai 5 sore lagi.
Adanya convenience store seperti ini amatlah membantu. Dulu
kalau kita harus lembur malam, pilihan paling banter nasi goreng, mie
rebus di pinggir jalan. Dengan munculnya toko semacam ini, akan menjawab
keinginan konsumen untuk mendapatkan pilihan asupan makanan yang lain
sekaligus tawaran memprosesan makanan yang lebih bersih.
Kedepannya, convenience store tidak semata menyediakan
servis makanan siap saji yang lebih higenis dan beragam tetapi juga bisa
diperluas servisnya seperti menyediakan servis fotocopy yang self-service, reservasi tiket, mencetak foto, pembayaran beberapa tagihan seperti tagihan HP seperti yang sudah dipraktekkan di convenience store
di negera-negara lain. Dengan jam buka yang lebih panjang dan adanya
beragam servis remeh, tapi dibutuhkan, bisnis ini tetap mempunyai
prospek menarik untuk dimasuki. Apalagi banyak servis yang bisa
disediakan yang belum terealisasi, ini merupakan business opportunity tersendiri.
Source : http://manuverbisnis.wordpress.com
Langganan:
Postingan (Atom)